20.34
|
by alma's blog
Sabtu, 22 Agustus 2009 | 11:57 WIB
TEMPO Interaktif, Denpasar - Kalangan seniman Bali memprotes klaim Malaysia atas Tari Pendet yang digunakan dalam iklan Visit to Malaysia. Tindakan itu dianggap sebagai pencurian atas kekayaan budaya masyarakat Bali.Seniman tari Wayan Dibia mengaku terkejut dengan kejadian itu. “Pendet adalah tari yang sudah ratusan tahun dimainkan warga Bali,” ujar mantan Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar itu, Sabtu (22/8).
Pada awalnya, tari itu adalah tari sakral yang dipertunjukkan pada upacara ritual keagamaan untuk menyambut turunnya para dewa dari kahyangan.
Tetapi pada 1950, tarian tersebut dimodifikasi menjadi tari penyambutan tamu dengan mendapat sebutan khusus sebagai Tari Pendet Puja Astuti. Penciptanya Ni Ketut Reneng dan I Wayan Rindi menjadikan Pendet dengan empat penari sebagai bagian dari pertunjukan turistik di Bali Hotel (Denpasar).
Pada tahun 1961, I Wayan Beratha mengolah kembali tari Pendet dengan lima penari yang bertahan hingga saat ini. ”Tahun 1962 kembali dimodifikasi sebagai tarian massal dengan 800 penari untuk pembukaan Asian Game di Jakarta,” jelas dia.
Protes kalangan seniman itu akan difasilitasi Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI untuk menjadi protes resmi dari lembaga negara di Indonesia. Anggota DPD RI dari Bali Ida Ayu Mas menyatakan, sikap pihak Malaysia itu tidak bisa dibiarkan. ”Apalagi sudah ada beberapa kejadian sebelumnya,” ujar dia.
Sementara itu DPD RI juga akan meminta pemerintah Indonesia untuk merlindungi karya-karya budaya nusantara. Misalnya dengan mengurus hak cipta dari komunitas budaya di Indonesia. Karya-karya itu harus dianggap sebagai kekayaan bangsa yang tidak bisa sembarangan diklaim bangsa lain.
Link ke blog 3:
"click"
Langganan:
Postingan (Atom)